NEWS  

Pulang Rimba, Kisah Mahasiswa Polbangtan ini Diangkat Jadi Film Dokumenter

Mahasiswa Polbangtan yang bernama Muhammad Syahid (21), mengarungi rimba Sumatera Selatan. Dalam perjalanannya, ia menemukan sebuah cerita yang begitu menginspirasi. Kini, bersama dengan timnya, Syahid mengangkat kisah tersebut dalam “Pulang Rimba,” sebuah film dokumenter yang akan segera dirilis.

Film dokumenter ini menceritakan sebuah kisah tentang keberanian dan ketekunan. Sebuah kisah tentang dua anak muda dari dua desa yang berbeda namun memiliki tekad yang sama. Mereka ingin menyelamatkan hutan rimba di Sumatera Selatan dari penggundulan.

Kisah ini bermula ketika Syahid dan rekan-rekannya melakukan karya bakti di Desa Sikap Marapi, Kabupaten Ogan Komering Ilir. Saat itu, mereka melihat sebuah pulau kecil yang dipenuhi oleh pohon kenari dan pepohonan lainnya yang indah. Lalu, mereka bertanya pada masyarakat setempat, kenapa pulau itu ditinggalkan begitu saja.

Masyarakat setempat pun bercerita tentang masalah yang mereka hadapi dengan para pemburu liar dan penggundul hutan. Mereka sudah berusaha untuk mempertahankan hutan itu, namun upaya tersebut masih kurang memadai. Dalam hati, Syahid merasa iba melihat kondisi tersebut. Ia pun bertekad untuk melakukan sesuatu.

Syahid lalu melakukan perjalanan yang panjang, dari Desa Sikap Marapi hingga ke Desa Lubuk Rawa, yang berada di wilayah yang berbeda. Di sana, ia bertemu dengan Nurdian, seorang anak muda yang juga terpanggil untuk menyelamatkan hutan rimba. Bersama-sama, mereka bekerja tanpa kenal lelah untuk menyelamatkan hutan tersebut.

Dalam film dokumenter “Pulang Rimba,” Syahid dan Nurdian melakukan berbagai aksi untuk menyelamatkan hutan rimba di Sumatera Selatan. Mereka berjalan kaki sejauh 60 km, menyebrangi sungai, dan bahkan menghadapi bahaya dari pemburu liar. Namun, keberanian mereka tak pernah surut.

“Pulang Rimba” mengajarkan tentang pentingnya kepedulian terhadap lingkungan. Film dokumenter ini juga menyadarkan penonton tentang perlunya menjaga kelestarian hutan dan lingkungan hidup. Selain itu, film ini juga memotivasi masyarakat untuk melakukan aksi nyata dalam pelestarian lingkungan.

Dalam pembuatan film dokumenter ini, Syahid dan timnya menghabiskan waktu selama 7 bulan. Mereka merekam perjalanan mereka mulai dari persiapan hingga akhirnya terbentuknya “Pulang Rimba.” Syahid merasa bangga dan bersyukur karena kisahnya dapat diangkat ke layar lebar.

“Alhamdulillah, akhirnya kisah ini bisa diangkat jadi film dokumenter. Saya berharap film ini bisa memberi inspirasi dan motivasi untuk masyarakat untuk bergotong royong dalam pelestarian lingkungan,” ungkap Syahid.

“Pulang Rimba” akan segera tayang di bioskop secara serentak pada bulan Agustus mendatang. Film ini akan menjadi tontonan yang menarik dan menghibur. Bagi pecinta lingkungan hidup dan pecinta alam, film ini merupakan tontonan yang wajib untuk disaksikan.

Selain itu, “Pulang Rimba” juga menjadi bukti bahwa para mahasiswa Polbangtan bukan hanya sekadar belajar di kelas. Mereka juga mempunyai peran sebagai agen perubahan bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Dalam film dokumenter ini, Syahid dan rekan-rekannya membuktikan bahwa mahasiswa bukanlah orang yang hanya melakukan pembelajaran di dalam kelas, tetapi juga melakukan aksi nyata untuk lingkungan sekitarnya.

Hal ini tentu menjadi inspirasi dan motivasi bagi mahasiswa Polbangtan lainnya untuk melakukan hal yang sama. Mereka dapat mempraktikan ilmu yang telah dipelajari di kelas secara nyata dalam lingkungan sekitar mereka. Selain itu, mereka juga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

Di era modern seperti ini, tidak jarang lingkungan hidup menjadi korban dari perkembangan ekonomi yang terus menerus. Sebagai mahasiswa, kita memiliki peran penting dalam pelestarian lingkungan. Seperti yang dilakukan oleh Syahid dan rekan-rekannya, mereka membuktikan bahwa seorang mahasiswa bukan hanya sekadar animasi di dalam kampus, tetapi juga dapat menjadi agen perubahan bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

“Pulang Rimba” bukan hanya sekadar film dokumenter, tetapi juga merupakan sebuah gerakan untuk pelestarian lingkungan hidup. Dalam film ini, Syahid dan Nurdian membuktikan bahwa seorang anak muda yang memiliki tekad dan keberanian dapat melakukan hal besar untuk lingkungan sekitarnya. Kita semua dapat menjadikan film tersebut sebagai contoh dan pedoman dalam melestarikan lingkungan hidup.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *